Selasa, 06 November 2012

Anak Kecil Layaknya Kaset Kosong





Semua kosong, semua polos, semua lugu, semua apa adanya..... hmmmmm apa ya? Agak bingung mungkin apa yang aku maksud di sini.

Sedikit share saja, aku prihatin sama kondisi anak- anak yang selalu dipersalahkan karena mereka membuat kesalahan. Maksudnya??? Ups sorry sebelumnya, yang aku maksud anak-anak  di sini adalah anak kecil, anak yang belum dewasa, anak yang masih blum memiliki jati diri.

Anak- anak terlahir dalam keadaan lucu, lugu, polos, apa adanya.... Mereka akan tumbuh dan biasanya akan menjadi seperti apa yang mereka lihat, mereka terima, dan mereka rekam selama mereka tumbuh.

Aku pernah dengar cerita seorang orang tua yang mengeluhkan anak mereka yang masih berusia sekitar 5-6 thn, yang menurut mereka si anak adalah pemarah, si anak adalah sering melawan bila dinasihati, si anak adalah selalu membantah perkataan orang tua, dan bla bla bla .... Aku cuma bisa menarik nafasku sambil berfikir agak keras, ...yahhhhhh terpaksa agak keras, karena ini hal yang aneh buatku (kok bisa ya, anak seumuran segitu sudah menjadi apa yang dikeluhkan si orang tua itu???)

Setahuku, ketika anak berusia segitu, mereka belum memiliki social life yang terlalu luas, ... lets say yang paling luas adalah ketika mereka berada dalam lingkungan yang dinamakan sekolah (apapun bentuk sekolahnya).Dan, yang paling sempit atau yang paling dekat adalah lingkungan keluarganya  (keluarga inti).

Anak lahir dalam keadaan kosong ,polos, dan lugu,mereka tumbuh tentunya sesuai dengan apa yang mereka lihat, mereka dapat, mereka rekam dari lingkungan terdekat mereka (90 % aku yakini itu). Ibarat kaset kosong yang mungkin semua orang tau, isi dari kaset itu adalah tergantung dari apa yang kita rekam dan apa yang kita isi.. Bener ga sih logika ku? hmmmmhhhh benang merahnya adalah apa yang menjadikan dan siapa yang menjadikan si seorang anak kecil itu menjadi 'sesuatu' , tentunya tidak jauh dari pengaruh lingkungan terdekat mereka.

Fair ga sih kalau kita sudah paham semua itu, terus 'orangtua' tetap melimpahkan kesalahan sepenuhnya kepada anaknya?